Seperti ibu
pada umumnya, ketika Karin mengetahui bahwa dirinya mengandung, ia sebisa
mungkin membantu putranya, Mikael, yang masih berumur 3 tahun, mempersiapkan
diri untuk kehadiran seorang adik. Beberapa bulan kemudian, diketahui bahwa
bayi dalam kandungan Karin berjenis kelamin perempuan. Setiap harinya, siang
dan malam, Mikael bernyanyi untuk adiknya di dalam perut Karin.
Waktu
melahirkan pun tiba. Namun, dalam proses melahirkan itu terjadi komplikasi,
sehingga memakan waktu berjam-jam. Meski adik kecil Mikael dapat lahir dengan
selamat, kondisinya sangat lemah. Ia harus masuk ke bagian ICU Neonatal.
Keadaannya
makin buruk. Dokter spesialis anak memberi tahu perkembangan kondisi bayi pada
Karin dan suaminya, "Harapannya sangat kecil. Bersiaplah menghadapi yang
terburuk." Setelah mendengar berita itu, Karin dan suaminya menghubungi
pemakaman setempat untuk memesan lahan makam.
Sementara
itu, Mikael terus-terusan merengek ingin bernyanyi untuk adiknya; tapi
anak-anak tidak diperbolehkan masuk ke ruang ICU. Meski begitu, Karin mengambil
keputusan bulat. Ia mengajak masuk Mikael meski perawat melarangnya. Kepala
perawat lalu mengenali dia dan berteriak menegur, "Bawa keluar anak itu
sekarang! Anak-anak tidak boleh masuk!"
Jiwa
keibuan muncul dalam diri Karin. Perempuan yang biasanya lemah lembut itu
memberikan tatapan tajam pada kepala perawat, bibirnya menunjukkan kebulatan
tekadnya. "Dia tidak akan pergi sampai dia bernyanyi untuk adiknya!"
Karin pun menggandeng Mikael mendekati sisi tempat tidur adiknya. Mikael
menatap adiknya, yang terlihat menderita. Lalu, ia mulai bernyanyi:
"Kau adalah mentariku,
satu-satunya mentariku, kau membuatku bahagia ketika langit gelap...."
Adik
kecil itu memberikan reaksi. Denyut nadinya mulai menjadi tenang dan teratur.
Mikael masih terus menyanyi. "Kau tak pernah tahu, adik, betapa aku
mencintaimu. Tolong janganlah pergi...." Napas adik kecil yang putus-putus
dan tak teratur menjadi teratur seperti dengkuran anak kucing.
Nyanyian
Mikael terus berlanjut. "Semalam, adikku, waktu aku
tidur, aku bermimpi kau ada dalam pelukanku...." Adik kecil Mikael terlihat tenang
dan sepertinya kondisinya mulai pulih.
Mikael
belum berhenti menyanyi. Air mata terlihat mulai mengalir di wajah kepala
perawat itu. Sementara, wajah Karin tampak cerah. "Kau adalah mentariku, satu-satunya
mentariku. Janganlah pergi dariku."
Rencana
pemakaman akhirnya dibatalkan. Keesokan harinya, adik kecil itu sudah boleh
pulang!
Nyanyian
Mikael lalu disebut "Keajaiban Nyanyian Kakak." Para perawat
di rumah sakit itu menyebutnya sebuah keajaiban. Karin menyebutnya sebuah
keajaiban kasih karunia Tuhan!
Jangan pernah menyerah dengan
orang-orang yang kita kasihi. Cinta itu punya kekuatan yang luar biasa besar.
Mungkin saat ini, kondisi salah satu anggota keluarga kita sedang tidak sehat
atau tengah dirundung masalah. Tetaplah berusaha mendukung mereka (doa,
dukungan moral/semangat, dll) semampu kita. Apapun yang keluar dari dalam hati
akan mendatangkan begitu banyak keajaiban.